Sering Mengkonsumsi Junk Food Berpotensi Menyebabkan Depresi

#JunkFood #MakananOlahan #Depresi #PolaHidupSehat #Resiko
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat dapat mengurangi risiko depresi berat, sedangkan mengkonsumsi makanan nirnutrisi atau yang lebih dikenal dengan junk food secara signifikan dapat memperparah depresi.

Sering Makan Makanan Olahan & Junk Food Bisa Memperparah Depresi

junk food dan depresiPara peneliti dari University of Eastern Finland telah mengamati lebih dari 2000 pria selama 13 tahun sambil mencatat berbagai parameter seperti pola makan mereka, berat badan, dan gejala-gejala depresi.
Para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengkonsumsi junk food, di mana makanan jenis ini kurang memberikan nutrisi yang sehat, lebih mungkin untuk mengalami gangguan kesehatan mental dibandingkan dengan mereka yang selalu menerapkan pola makan sehat.
“Penelitian ini memperkuat hipotesis bahwa makanan yang sehat memiliki potensi tidak hanya dapat membantu mengusir depresi, tetapi juga mencegahnya,” kata pemimpin peneliti Anu Ruusunen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pola makan yang sehat seperti mengkonsumsi sayur, buah, gandum utuh, unggas, ikan, dan keju rendah lemak , dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah untuk mengalami depresi. Peningkatkan asupan folat dan kopi juga dikaitkan dengan penurunan risiko depresi. Akan tetapi, orang-orang yang banyak makan sosis, daging olahan, makanan dan minuman manis, kentang panggang atau olahan, dan roti putih (tawar), cenderung mengalami depresi dan gejala-gejalanya cukup parah.
Depresi biasanya diobati secara medis dan melalui psikoterapi, namun para peneliti asal Finlandia ini menyarankan agar mempertimbangkan dulu cara-cara yang lebih sederhana yakni menerapkan pola makan dan gaya hidup yang sehat. Menurut mereka, cara ini bisa berperan sebagai ‘alat’ pencegahan dan pengobatan untuk melawan depresi.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Public Health Nutrition and Diabetic Medicine, European Journal of Nutrition, Psychotherapy and Psychosomatics.

sumber : artikelkesehatan99.com
gambar : thehindu.com

Post a Comment

0 Comments